
Bermodal kenalan dari seorang teman yang memberitahu tentang nama Babeh Acul, kami putuskan untuk keluar dari kantor menuju daerah Slipi, kami langkahkan kaki menelusuri daerah sekitaran Kantor Pos Jl. KS Tubun IV Belakang Hotel Shantika, malam yang begitu menusuk sungsum tulang tidak kami rasakan untuk semangat mencari Babeh Acul, salah satu seorang Guru silat daerah ini. Jalanan masih ramai walau hujan sisa semalam masih menutupi jalan.
Dari alamat yang diberikan ternyata orang yang kami cari tidak ada di rumahnya. Kamipun terus melangkahkan kaki. Mata kami mengembara memperhatikan alamat kantor pos yang diberitahu Babeh Acul ada di daerah sana.
Kuputuskan untuk masuk ke sebuah tempat tongkrongan. Sebuah bambu panjang, aku duduk di dibangku itu. Mataku langsung tertuju ke sebelah orang tua disebelahku.
“Pak maaf kalau boleh bertanya kami bisa ketemui Babeh Acul dimana ya?”
“Laah saya Babeh Acul…”, katanya mengakui dirinya
Ternyata Babeh Acul yang bernama asli Mashuri ini adalah seorang lelaki tua yang sedang duduk menyaksikan pemandangan jalan, yang pernah kami lewati tadi.
Lalu kami berbincang-bincang dengan dirinya yang selalu penuh canda tawa. Sedikit-sedikit tangannya bergerak luwes menceritakan silat aliran “Gerak Rasa Babeh Acul Slipi” yang ia miliki.
“Kalau “GR” disini (maksudnya Gerak Rasa Babeh Acul Slipi), modelnye yang ane mainin mainannya rapet dan serangannya ngikutin geraknya tergantung lawannya mau kemane memakai Rasa, terus kayak begitu tergantung lawannya mau kemane…”
“Maenan ini silatnya bang Pi’i dulunya, bang Pi’i belajar dari Om Wid atau Raden Widarma, Bang pii juga dulu sebelumnya mainannya udah banyak”
*mainan = silat
Kalau dilihat dari penjelasan babeh Acul mengenai permainan Gerak Rasa-nya, Pelatihan yang dilatih sehingga muncul rasa dan reflek sehingga bisa dilakukan tanpa melihat lawan, karena mampu membaca pergerakan lawan, bukan dengan ilmu magis atau ghaib. ini karakteristik yang sangat berbahaya pada silat Gerak Rasa, Gerakannya selalu “merangsek” masuk, tidak menunggu diserang, serangan tidak dilakukan dengan menghindar atau menangkis lebih dulu. Karena menurut beliau tidak efektif. Kata Beliau permainannya tidak pernah mundur kebelakang, tapi “merangsek masuk”, sehingga dlm sekejap tangannya sudah ada menempel di area vital lawannya, leher mata dan lain lain.
“Semua silat sih bagus, tapi kita harus cinta sama mainan kite sendiri, ane sendiri sudah cinta sama ini mainan yang ane punya, kalau mainan satu aja ditekunin terus dan dicintai pasti bagus”, katanya
“Rasa cinta dan hormat itu harus ada, sampai sekarang ane masih hormatin para petinggi-petinggi Gerak dan juga Kesepuhannya di Bogor”
“Dari Rasa Cinta itu ane kutrak-kutrik Gerak jadi deh mainan 9 jurus,walau sebenarnya ane dapat 5 gerak dasarnya”, lanjutnya
“Tapi bukan keluar dari pemahaman “Gerak” yang ane tahu lho?!?, itu hasil kecintaan ane sama “Gerak” yang ane punya”
Terlihat wajahnya yang mengharukan dari lelaki tua ini tiba-tiba mulai termenung menunduk seakan-akan kegagahan beliau saat memainkan silat sebelumnya yang terlihat ganas, mulai sirna saat dia bilang “mencintai” silatnya, tanpa terasa matanya terlihat berkaca-kaca.
Karena waktu yang demikian sempit kamipun pamit kepada Babeh Acul untuk pulang.
Saat perjalanan pulang, Kamipun masih termenung dari makna dalam kata-katanya bahwa kita harus belajar “mencintai “.
“Seberapa banyakkah para penduduk di negeri ini yang mampu mencintai produk negerinya sendiri khususnya Silat sebagai salah satu ikon beladiri di Indonesia?”
FP2STI adalah Forum Pecinta dan Pelestari Silat Tradisional Indonesia, yang mempunyai salah satu misi “Menumbuhkan kembali kecintaan dan pelestarian Silat Tradisional”.
Mencintai adalah satu proses, proses yang panjang, nyata dan memerlukan usaha dan istiqamah yang bukan sedikit, mungkin akan butuh sebuah pengorbanan. Sepanjang proses itu, pasti akan banyak dugaan yg silih berganti, untuk menguji kekuatan hati, pikiran dan emosi bermain.
Jatuh cinta segalanya indah. Mencintai itu lebih payah, menjerihkan dan melelahkan. Namun Kita semua berharap bahwa semua itu pasti dapat diarungi karena kekuatan cinta itu menjadikan siapa saja mampu melalui apa saja.