Sabtu, 28 Juli 2012

ATLIT INTERNASIONAL

KEBERHASILAN Siti Rosidah, siswi SMAN1 Banjarnegara yang berhasil meraih medali emas pada cabang olahraga pencak silat Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (OOSN) 2012 di Palembang, baru-baru ini, memacu semangatnya untuk berprestasi lebih tinggi lagi.

Menjadi atlet pencak silat yang dapat berkiprah di tingkat internasional kini menjadi salah satu obsesinya. Untuk mewujudkan itu, gadis kelahiran Desa Medayu, Kecamatan Wanadadi, Banjarnegara tahun 1995 lalu itu terus berlatih untuk meningkatkan kemampuan.

Porsi latihan pun kini makin ditingkatkan. Didampingi pelatih silat di Padepokan Pencak Silat Wanadadi, dia melahap seluruh materi latihan yang diberikan pelatihnya.

Tahun 2013 mendatang, ia akan mewakili Kabupaten Banjarnegara pada Pekan Olahraga (Porprov) Provinsi Jateng di Banyumas. Kejuaraan itu merupakan salah satu pintu untuk meraih ambisinya menjadi atlet yang bisa berprestasi di tingkat internasional.

’’Meraih juara internasional seperti seniorku terdahulu menjadi obsesiku, sehingga latihan keras harus aku jalani meski itu setiap hari dilakukan,’’ ujar dia.

Dukungan

Olahraga pencak silat bagi dia sudah merupakan hobi, sehingga saat berlatih juga tidak ada paksaan dari mana pun. Dukungan dari keluarga dan sekolah pun sangat baik, sehingga memompa semangatnya untuk lebih giat lagi dalam berlatih.

Menurutnya, awal menekuni pencak silat yakni pada usia masih sekolah dasar. Saat itu ia sering mengantarkan kakak kandungnya berlatih pencak silat di padepokan. Lama kelamaan ia pun ingin mencoba berlatih pencak silat. Orang tuanya saat itu juga membolehkan, sehingga tidak menjadi masalah. Dari situlah kecintaan terhadap pencak silat tumbuh bahkan dapat mempersembahkan prestasi membanggakan.

Hanya saja orang tuanya menekankan, jangan sampai pelajaran di sekolah tertinggal lantaran berlatih pencak silat. Masalah itu disadari benar olehnya, sehingga ia harus pandai mengatur waktu untuk berlatih dan belajar.

’’Ya harus bisa mengatur waktu agar belajar dan berlatih tidak saling mengganggu. Latihan diatur sore hari, sehingga tidak mengganggu waktu belajar di rumah,’’ lanjutnya.

Termasuk pula bila ada kegiatan ekstra kurikuler di sekolah. Ia juga harus membagi waktu dengan latihan, sehingga tidak bertubrukan jadwalnya.

Bagi dia sekolah adalah nomor satu, sehingga tetap mengutamakan akademis dibandingkan lainnya. Namun, bukan berarti kecintaannya terhadap pencak silat hilang, sehingga ia berupaya keras agar keduanya dapat berjalan beriringan. ’’Memang risikonya seperti itu. Harus pandai-pandai mengatur waktu kalau tidak ingin tertinggal,’’ kata Siti.(Bahar Ibnu H-17)