Populerkan Kembali Bela Diri Asli Tanah Air
Lewat
penelusuran yang dilakukan Koran Jakarta, akhirnya jawaban atas
pertanyaan di atas didapatkan dari sebuah komunitas yang bernama Forum Pencinta dan Pelestari Silat Tradisional Indonesia (FP2STI). Pencak silat pada umumnya hanya menjadi “penghias bibir” bagi sebagian besar masyarakat Indonesia.
Hal itu sangat bertolak belakang dengan berkembang pesatnya
kebudayaan nasional itu di mancanegara. Warga dunia sudah mulai
mempelajari silat bukan hanya jurus dan aplikasinya, namun juga seluruh
aspek yang berkaitan dengan silat. Berakar dari hal itu, muncullah
sebuah komunitas FP2STI yang berupaya mengangkat kembali budaya bangsa Indonesia tersebut.
Komunitas itu terbentuk dari sekelompok pencinta pencak silat yang sering berkumpul dan berdiskusi dalam laman online Silat Bogor.
Seringnya bertukar pikiran pada forum tersebut menyebabkan timbul
keinginan mencari tahu pendekar-pendekar silat tradisional yang
sebelumnya sangat jarang diketahui keberadaannya.
Sejumlah guru besar dengan murid-muridnya akhirnya memutuskan untuk
melakukan pertemuan secara langsung. Seiring dengan semakin seringnya
kopi darat pada saat itu, akhirnya didirikanlah FP2STI pada tanggal 6
Juni 2006 di Padepokan Pencak Silat TMII.
Misi dan Visi
Visi yang diemban oleh FP2STI adalah melestarikan silat tradisional
sebagai budaya luhur bangsa Indonesia. Adapun misi berjalannya FP-2STI
antara lain menjadikan silat tradisional sebagai tuan rumah di negeri
sendiri dan menjadikan Indonesia pusat pengembangan silat tradisional
dunia.
“Kita ingin menyosialisasikan bahwa pencak silat itu tidaklah
seperti pandangan yang ada di benak masyarakat bahwa silat itu kampungan,” ungkap Taufan Prasetya, Ketua FP2STI, ketika ditemui oleh Koran Jakarta.
Dilihat dari strukturnya, FP2STI ini pada dasarnya berada dalam
sebuah yayasan bernama Sahabat Silat yang dimotori oleh Alda Amtha.
Yayasan itu tentunya memerlukan suatu forum kegiatan. Forum kegiatan
itulah yang dinamakan FP2STI. Bentuknya jauh berbeda dengan Ikatan
Pencak Silat Indonesia (IPSI) yang berupa organisasi nasional yang
membawahi kegiatan pencak silat secara resmi.
Menurut Taufan, FP2STI lebih berupa padepokan-padepokan dan berbasis
komunitas. Selain itu, di dalam FP2STI, tidak adanya pertandingan
kompetisi, berbeda dengan IPSI yang bentuknya lebih berupa kompetisi.
Selama perkembangannya, FP2STI tidak lepas mengalami masa pasang-surut.
Dimulai dari hanya 25 orang dan berbentuk tim-tim kecil, mereka
mendatangi sejumlah perguruan lainnya untuk kemudian merangkulnya
bersama-sama. “Hingga sekarang, sudah ada ratusan guru besar silat yang
bergabung dengan ribuan muridnya,” ujar Edwin Hidayat, pendekar Golok
Saliwa sekaligus pengurus komunitas itu.
Saat ini, perguruan silat yang di bawah naungan FP2STI telah
berjumlah 33 di Jakarta, sekitar 40 di Riau, 77 perguruan di Surabaya,
dan masih banyak lagi yang tersebar di wilayah Indonesia lainnya.
Komunitas itu pun berhasil menjangkau sejumlah negara lain. Beberapa
aktivis FP2STI juga berada di Amerika, Singapura, Belanda, Jerman, dan
beberapa lainnya. Orang Prancis, Italia, dan Inggris pun sering
mendatangi salah satu guru besar FP2STI sekadar untuk berlatih silat.
edh/R-3
Ragam dan Tantangan Seni Pencak
Terdapat lebih-kurang 800 aliran silat di Indonesia. Di Sumatra
Barat, terdapat sekitar 200 aliran asli. Masing-masing aliran berbeda
dan memiliki ciri khas. Bukan hanya aliran Jawa Barat dengan Sumatra
Barat yang berbeda, namun juga antara aliran silat di Sumatra Barat yang
tinggal di pegunungan dan di pantai.
Bahkan antara gunung yang satu dan yang lainnya berbeda. Menurut
Taufan, silat secara umum pada zaman Orde Baru perkembangannya sangat
pesat, terutama sebagai aspek olah raga. Saat itu, perhatian pemerintah
memang besar dan sangat mendukung perkembangan pencak silat.
Namun, semenjak era reformasi hingga sekarang, perkembangan silat
kembali menurun. Sosialisasi yang diadakan oleh FP2STI beberapa tahun
belakangan ternyata berbuah hasil yang bagus dalam meningkatkan minat
masyarakat untuk kembali ke silat. Diadakannya beberapa kegiatan yang
walaupun hanya bermodalkan dana swadaya anggotanya serta ekspos media
yang semakin tinggi membuat perkembangan silat saat ini dirasa kembali
meningkat.
Salah satu bentuk ekspos media ini adalah dibuatnya film Merantau dan
The Raid. Penggunaan teknik-teknik silat yang kental pada kedua film
tersebut sedikit membuka mata masyarakat bawha ternyata pencak silat
tidak kampungan dan tidak seperti yang selama ini mereka ketahui. “Film
itu sangat besar pengaruhnya terhadap minat silat, dan dilihat dari
trennya terhadap silat, memang semakin ke sini semakin meningkat,” aku
Taufan.
Masih kurang diminatinya pencak silat oleh kaum urban adalah kurang
tersedianya fasilitas berlatih di daerah perkotaan dibanding dengan olah
raga bela diri lainnya seperti boxing atau capoiera yang dapat ditemui
di gym atau tempat-tempat strategis perkotaan lainnya yang mudah
dicapai.
Perkembangan pencak silat di negara lain, misalnya Malaysia,
dikatakan Taufan, malah jauh lebih baik dibanding Indonesia. Hal itu
dikarenakan lemahnya Indonesia dalam budaya tulis dan hanya mengutamakan
budaya tutur. Di Malaysia, dalam hal pendokumentasian lebih jelas.
Padahal jika ditelusuri lebih lanjut, 90 persen silat di Malaysia
datang dari Sumatra Barat. Singapura bahkan lebih hebat. Negara tersebut
dikabarkan memiliki visi menjadi negara pusat silat. Mereka akan
membangun sebuah institusi khusus pencak silat. Menyadari tidak adanya
sumber daya, Singapura akan memanggil guru besar-guru besar dari
Indonesia, Malaysia, dan Filipina untuk mengajar di sana. edh/R-3
Mempelajari Nilai-nilai Kehidupan yang Luhur
Melalui forum itu, FP2STI ingin menggali aspekaspek luhur kehidupan
yang terkandung dalam silat. Oleh karena itu, bentuk kegiatankegiatan
yang diadakan memang sedikit berbeda. Beragam kegiatan dirancang oleh
FP2STI untuk menarik minat masyarakat, terutama kaum muda, untuk
melestarikan silat tradisional Indonesia.
Salah satu kegiatan yang rutin dilakukan adalah workshop atau semacam
diskusi bulanan. Komunitas itu mengundang perguruan-perguruan anggota
FP2STI untuk mempresentasikan apa yang perguruan tersebut persembahkan
atau ajarkan kepada muridnya. “Jadi, lebih ke berbagi pengetahuan sesama
perguruan,” kata Taufan.
“Workshop ini diadakan selain bermaksud untuk belajar, menjadi
media silaturahim sehingga masalah egosentris yang semisal memang ada
akan kita minimalisasi,” tambah dia. Salah satu workshop yang pernah dibuat oleh FP2STI bermateri tentang silat dari perspektif budaya.
Sejumlah perguruan silat melakukan demonstrasi pada kegiatan
tersebut. Perguruan Iko Uwais saat itu juga diundang. Ia juga sempat
hadir dalam workshop itu dan ikut berbagi sedikit pengalamannya dalam
bersilat. Bentuk workshop silat yang pernah diadakan antara lain silat
Bandrong, silat Harimau, silat Kumango, silat Seliwa, dan silat Champ.
Pengabdian FP2STI
Selain mengadakan workshop, forum itu pernah mengadakan kegiatan seminar
“Silat for Life”. FP2STI, dalam kegiatan ini, mendatangkan beberapa CEO
perusahaan sebagai tamu narasumber. Melalui kegiatan itu, konsep silat
dijabarkan dapat juga digunakan untuk kegiatan sehari-hari, bahkan dapat
diterapkan dalam sebuah manajemen.
FP2STI juga melaksanakan kegiatan-kegiatan yang manfaatnya dapat
dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Salah satunya adalah aksi
sosial saat terjadi gempa di Sumatera Barat, dan memberikan pelatihan
pencak silat untuk tenaga kerja wanita di Hong Kong. Baru-baru ini,
FP2STI pun mengadakan sebuah lomba penulisan artikel yang bertema silat.
“Rupanya tanggapannya cukup baik oleh para penggemar silat, dan kita sempat kaget juga mengetahui responsnya yang luar biasa,”
ungkap Edwin. Program lainnya yang diadakan oleh FP2STI adalah
kolaborasi dengan IPSI dalam pertunjukan pencak silat indah di berbagai
perlombaan, wisata menuju daerah-daerah pusat berkembangnya pencak
silat, gerakan peduli silat, silat goes to campus, Indonesian community
exhibition, dan pameran budaya Indonesia.
Ada juga kampung silat Jampang sebagai bentuk dari kerja sama dengan
sebuah yayasan sosial, yakni pembangunan pusat pelatihan silat dan
menghidupkan kembali roh silat kampung Jampang. Ke depan, kegiatan yang
akan dilaksanakan oleh FP- 2STI melibatkan anak-anak sekolah.
Rencana jangka panjangnya, aku Edwin, FP-2STI harus memiliki sebuah
kantor pusat serta fasilitasfasilitas lainnya yang turut mendukung
komunitas itu. “Semua ini harus dilakukan secara bergulir dan tidak
mudah. Soalnya, aktivis kita sendiri di antaranya juga merupakan
orang-orang sibuk semua,” jelas Edwin.
Melalui forum tersebut, diharapkan akan timbul sebuah kesadaran akan
pentingnya melestarikan budaya silat tradisional di Indonesia. FP2STI
memiliki tujuan mencuri perhatian orangorang pintar, tokoh-tokoh
masyarakat, kaum muda, dan pemerintah untuk bergabung dengan forum
tersebut.
“Kita perlu sponsor dalam mengembangkan silat ini karena
pendanaan yang masih dilakukan secara swadaya hingga saat ini memang
menjadikan salah satu kendala FP2STI dalam mengembangkan silat
tradisional lebih besar lagi,”